|
ilustrasi |
Pagi untuk senin pagi, semoga sehat kawan kawan blogger dimanapun anda berada. Hari senin tak lepas dari kata
"hari pertama" bisa karena hari pertama masuk sekolah setelah libur hari minggu atau hari pertama masuk kantor setelah libur hari minggu, biasanya hari senin semua pasti tak semangat, karena hari minggu umumnya berlangsung cepat, tak terasa melewati hari minggu, tetapi hari terpanjang di dunia mungkin hari senin.
Masih ingat hari senin sewaktu anda sekolah? Nostalgila waktu mencari topi untuk upacara pagi, kadang kala nyelip atau hilang, wah tentu dilema banget yah, masuk sekolah tetapi nanti terkena hukuman karena tidak membawa topi atau tidak masuk sekolah tapi pasti di absenin dan terkena sanksi besoknya, ya sama aja kan? seperti kisah saya dulu sewaktu hari senin waktu sekolah SMA, tiap senin jika
beruntung tidak membawa topi dan menemukan topi di laci kelas entah punya siapa itu, atau kalau sedang
rugi terpaksa harus beli topi kalau ndak salah ingat 15 ribu 1 topi. Tentu suatu keuntungan sendiri bagi koperasi sekolah untuk mengambil sedikit
keuntungan dari seorang siswa teledor seperti saya, parahnya bukan cuma saya tetapi banyak. Hahaha..
Gengsi adalah sebuah realita yang terjadi pada masa sekolah terutama SMA, terlihat keren adalah sebuah motivasi membangun kepercayaan diri, ya kepercayaan diri untuk menyenangkan seorang pacar atau sedang mencari target buat dijadikan gebetan. Dandanan rapi semacam baju dimasukkan, celana pas atau sesuai aturan sekolah itu dianggap cupu atau terlalu mainstream (bahasa terlalu mainstream sekarang jadi bahasa gaul rupanya di blog saya) padahal sesuai aturan seharusnya siswa yang berdandan rapi itu menjadi idola, ya memang idola tetapi idola para guru bukan siswa lain jenis. IMHO (In My Humble Opinion).
Celanan hip hop atau lawannya yaitu celana skinny malah jadi sebuah trend anak SMA, terlihat gaul dan membuat percaya diri dalam mencari jati diri, jati diri mencari seorang siswa berlainan jenis yang dimaksud. Biasanya laki laki yang memakainya ( ya iyalah, kalau yang make perempuan lha emansipasi buat laki laki masak harus pake rok). Siswa wanita melihat sosok lelaki
ganteng dari cara penampilannya, rambut gaul dengan beberapa mode dan anti sisiran kemudian ujung baju bagian bawah yang tak pernah dimasukkan kedalam sela celana, sepatu warna putih, celana panjang dengan lebar bagian bawah melebihi aturan (sesuai aturan kalau gak salah itu lingkar masing masing itu berdiameter 17-18 cm), motor dengan variasi, ceper roda kecil (bahkan jika melihat siswa yang tambun memakai motor matic dengan roda tipis seperti topeng monyet lho, terkadang meski saya tergolong siswa yang mencari jati diri seperti yang saya obrolin diatas tetapi saya tahu diri untuk tahu
"who i am" dan tidak menjadikan diri saya sebuah lelucon berkepanjangan). Hahaha.
Dalam beberapa aspek kenakalan yang lain, semisal merokok adalah sebuah trend tersendiri buat anak SMA, ya siswa perempuan tentu bangga melihat cowoknya sedikit nakal, ada kesan bahwa punya cowok gaul itu berarti dia semakin populer juga, semakin populer berarti semakin banyak cowok yang ngedeketin bukan? hehe. Karena saya sendiri pun sebagai seorang cowok gaul (menurut cara pandang saya saat itu) adalah ikuti trend yang menjadi kultur budaya anak SMA dijaman saya, sampai saat inipun saya selalu tersenyum melihat sebuah kekonyolan terhadap masa SMA saya yang saya anggap sebagai sebuah GAULitas masak lalu. Hahaha. (terus tertawa kemudian).
Sebuah tindakan diluar batas kewajaran dalam sebuah kultur budaya SMA semacam, Gaulitas yang saya sampaikan tadi dan budaya yan menjamur lainnya semacam tawuran adalah sebuah aib bagi pendidikan indonesia , seharusnya budaya seperti ini
dipotong agar pendidikan indonesia menjadi lebih terstruktur, peran guru sebagai pendidik dan orangtua di sekolah sangat diandalkan,
sehari setelah hari guru nasional kemarin alangkah baiknya guru pun mulai menata siswanya yang tergolong siswa gaul menurut opini saya buat ini, semoga!
Maju terus pendidikan Indonesia!