Sore kupandangi langit
berawan mendung dari sebuah jendela, gerimis ditambah angin semilir membuat
kantuk ini terasa sangat melelahkan, letih memang setelah beberapa lama waktuku
terbuang dalam sebuah kamar ukuran 4x4m yang penuh dengan tulisan kotor yang
membuat ku bangga beberapa tahun yang lalu, oh iya, panggil saja namaku Rio, ya
nama panjangku rio dewanto, seorang pengangguran lulusan SMA yang hidupnya kini
tak berujung bahkan tak tahu arah kemana jalan yang aku pijak, hanya pada
sebuah kamar sesak. Melayang tinggi dalam sebuah ingatan yang terbayang jelas
dalam benakku.
Sore itu, Aku pemuda
yang gagah, perawakan tinggi, ganteng meskipun sedikit acak acakan, hobi ku
sama seperti anak di jaman ku, nongkrong sampai pagi, minum-minuman keras,
judi, dan hidup dalam gemerlap malam.
“Rio, sudah makan belum,
ayo jangan telat berangkat sekolah, kamu tidak sholat subuh ya”. Panggil Ibu ku
Begitu malasnya diriku
beranjak dalam kamar bergegas malas
menuju kamar mandi, dan beraktivitas seperti biasa, datang ke sekolah, absen 1
pelajaran dan bolos, ya kebiasaan buruk yang membuatku bangga akan hal itu,
beberapa kali dipanggil oleh BK pun masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tak
berbekas. Kenakalanku berawal dari seringnya orangtua ku berkelahi mengenai
hutang, uang dan cemburu, entah seperti kekanakan macam apa, sehingga aku pun
ikut terbuai, terbuai dalam pasir hisap yang seakan ikut menyusuri arus panas
pasir hisap, semakin dalam semakin sesak, semakin sesak semakin membuatku tak
bisa bernafas, dan akhirnya mati, ya! Mati perasaan ini.
“Rio, kamu lagi apa?”. Mila
teman dekatku sekaligus pacar monyetku.
“gak,aku lagi duduk
aja, males mo ngapain aja nih, ke kaliurang yuk, nikmati pemandangan”. Jawabku
Akhirnya kami ke
kaliurang, kami memang bertujuan menikmati pemandangan, mila seorang gadis yang
tinggi, langsing berisi dan sempurna, tak terlihat seperti anak SMA, bahkan
nyaris seperti artis jika menurut aku, kami memang jatuh cinta dari awal
bertemu, Mila anak yang baik, pengertian, entah mengapa dia begitu tertarik pada
seorang lelaki seperti aku. Sebersit ada pikiran kotor untuk mila saat itu.
“mil, aku capek,
berhenti ke motel yuk”, pintaku.
“iya deh, gak papa,
lagian masih jam sekolah kan”. Sambut mila
Akhirnya kami pun
sampai pada sebuah tempat untuk beristirahat, diberikan bonus kopi dan sabun
mandi beserta goreng pisang di meja.
“mas, ini makanan biar
mas lebih enakan”. Kata sinta. Seorang pelayanan motel yang kebetulan baik
terhadap kami. Lelah ku berganti dosa, ya kami memang saling mencinta, dosa
yang kami lakukan untuk pertama kali, mila begitu cantik saat itu, kami terlena
dalam deru nafas yang dinamakan orang kebanyakan dengan nafsu. Memburu setiap
sudut dalam lantunan setan. Aku mengambil keperawanan gadis yang kucintai.
Akhirnya sampai juga
aku dirumah, setelah mengantar mila pulang kerumah dengan senyum indah di raut
wajah kami.
“bu, makan!!, kok gak
masak sih!! Ibu ini gimana mau membunuh aku apa gimana sih!” teriak ku pada ibu
ku.
“iya, rio, ibu lagi
masak, tadi capek nak.” lirih ibu. Sesuatu
yang membuatku biasa karena memang sudah kebiasaan ibu. Aku begitu bosan
tinggal dirumah, ya karena begitu hambar dirumah.
-dalam tahap penyelesaian-
0 komentar:
Post a Comment
Komentar anda adalah hadiah terindah bagi saya