Friday, November 16, 2012

Apakah Aku Anak Durhaka?



Sore kupandangi langit berawan mendung dari sebuah jendela, gerimis ditambah angin semilir membuat kantuk ini terasa sangat melelahkan, letih memang setelah beberapa lama waktuku terbuang dalam sebuah kamar ukuran 4x4m yang penuh dengan tulisan kotor yang membuat ku bangga beberapa tahun yang lalu, oh iya, panggil saja namaku Rio, ya nama panjangku rio dewanto, seorang pengangguran lulusan SMA yang hidupnya kini tak berujung bahkan tak tahu arah kemana jalan yang aku pijak, hanya pada sebuah kamar sesak. Melayang tinggi dalam sebuah ingatan yang terbayang jelas dalam benakku.

Sore itu, Aku pemuda yang gagah, perawakan tinggi, ganteng meskipun sedikit acak acakan, hobi ku sama seperti anak di jaman ku, nongkrong sampai pagi, minum-minuman keras, judi, dan hidup dalam gemerlap malam.
“Rio, sudah makan belum, ayo jangan telat berangkat sekolah, kamu tidak sholat subuh ya”. Panggil Ibu ku
Begitu malasnya diriku beranjak dalam  kamar bergegas malas menuju kamar mandi, dan beraktivitas seperti biasa, datang ke sekolah, absen 1 pelajaran dan bolos, ya kebiasaan buruk yang membuatku bangga akan hal itu, beberapa kali dipanggil oleh BK pun masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tak berbekas. Kenakalanku berawal dari seringnya orangtua ku berkelahi mengenai hutang, uang dan cemburu, entah seperti kekanakan macam apa, sehingga aku pun ikut terbuai, terbuai dalam pasir hisap yang seakan ikut menyusuri arus panas pasir hisap, semakin dalam semakin sesak, semakin sesak semakin membuatku tak bisa bernafas, dan akhirnya mati, ya! Mati perasaan ini.
“Rio, kamu lagi apa?”. Mila teman dekatku sekaligus pacar monyetku.
“gak,aku lagi duduk aja, males mo ngapain aja nih, ke kaliurang yuk, nikmati pemandangan”. Jawabku
Akhirnya kami ke kaliurang, kami memang bertujuan menikmati pemandangan, mila seorang gadis yang tinggi, langsing berisi dan sempurna, tak terlihat seperti anak SMA, bahkan nyaris seperti artis jika menurut aku, kami memang jatuh cinta dari awal bertemu, Mila anak yang baik, pengertian, entah mengapa dia begitu tertarik pada seorang lelaki seperti aku. Sebersit ada pikiran kotor untuk mila saat itu.
“mil, aku capek, berhenti ke motel yuk”, pintaku.
“iya deh, gak papa, lagian masih jam sekolah kan”. Sambut mila
Akhirnya kami pun sampai pada sebuah tempat untuk beristirahat, diberikan bonus kopi dan sabun mandi beserta goreng pisang di meja.
“mas, ini makanan biar mas lebih enakan”. Kata sinta. Seorang pelayanan motel yang kebetulan baik terhadap kami. Lelah ku berganti dosa, ya kami memang saling mencinta, dosa yang kami lakukan untuk pertama kali, mila begitu cantik saat itu, kami terlena dalam deru nafas yang dinamakan orang kebanyakan dengan nafsu. Memburu setiap sudut dalam lantunan setan. Aku mengambil keperawanan gadis yang kucintai.
Akhirnya sampai juga aku dirumah, setelah mengantar mila pulang kerumah dengan senyum indah di raut wajah kami.
“bu, makan!!, kok gak masak sih!! Ibu ini gimana mau membunuh aku apa gimana sih!” teriak ku pada ibu ku.
“iya, rio, ibu lagi masak, tadi capek  nak.” lirih ibu. Sesuatu yang membuatku biasa karena memang sudah kebiasaan ibu. Aku begitu bosan tinggal dirumah, ya karena begitu hambar dirumah.

 -dalam tahap penyelesaian-

0 komentar:

Post a Comment

Komentar anda adalah hadiah terindah bagi saya